Alatmusik apakah yang dimainkan pada saat upacara pernikahan adat Betawi? Alat Musik Tradisional Betawi . Gambang Kromong. Nama musik Gambang Kromong diambil dari nama alat musik yaitu Gambang dan Kromong. Gambang Rancag. Gambang Rancag terdiri dari dua unsur, yaitu : Gambang dan Rancag. Tanjidor. Rebana Biang. Rebana Ketimpring. Rebana Hadro.
Pianoadalah salah satu alat musik modern yang dimainkan dengan cara menekan tuts piano dengan menggunakan jari-jari tangan kita. Piano ini mempunyai 88 tuts lho. Lebih banyak dari keyboard yah. Bentuk dan fungsi piano ini sendiri hampir sama dengan keyboard. Hanya saja ukurannya lebih besar. 4. Alat Musik Modern Drum Alat Musik Modern // Drum
Calungjuga sering dimainkan dengan alat musik lain seperti angklung yang juga merupakan alat musik dari Sunda. Bahan untuk membuat calung berasal dari bambu berjenis bambu awi temen atau bambu awi wulung. Cara memainkan Calung sangat mudah cukup dengan cara dipukul-pukul. Calung rantay dan calung jinjing adalah 2 jenis calung yang umum dimainkan.
Alatmusik ini dimainkan dengan cara ditabuh dan digoyangkan. Alat musik Kongahyan adalah alat musik gesek yang dapat ditemukan di Jawa, Bali, dan Sunda, tetapi ukurannya lebih kecil. Alat musik yang mirip Rebab ini digunakan dalam pementasan kebudayaan suku-suku di daerah tersebut. Hanya saja ukuran Kongahyan lebih kecil dibandingkan
Dollberasal dari daerah Bengkulu dan dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik Ritmis ini hampir mirip Perkusi. Berbeda dengan alat musik sejenis lainya, Doll pada bagian bawahnya tidak berlobang. Talempong Talempong atau caklempong yang dikenal di Negara Malaysia adalah alat musik tradisional yang berasal dari daerah Minangkabau.
Alatmusik yang dimainkan dengan cara dipetik adalah apa saja? Agar lebih tahu dan paham, ini daftarnya alat musiknya.
. Pembahasan penelitian memfokuskan pada gaya liao kongahyan pada lagu “Pobin Kong Ji Lok” dengan membedah lima elemen-elemen musik yang menonjol yang dikemukakan oleh Slobin dan Titon 1985 7-13. Kelima elemen tersebut antara lain sistem penalaan, warna suara alat musik, irama atau ritem, tangga nada, dan harmoni. Akan tetapi sebelum membahas lebih dalam mengenai gaya liao kongahyan pada lagu “Pobin Kong Ji Lok”, ada baiknya mengenal alat musik kongahyan terlebih dahulu. Kongahyan merupakan sebuah alat musik bersenar yang dimainkan dengan cara digesek. Ruang resonansinya terbuat dari batok kelapa yang ditutup dengan papan yang terhubung dengan leher neck yang terbuat dari kayu. Di atas ruang resonansi terdapat kuda-kuda bridge untuk meletakkan senar yang terbuat dari baja. Senar yang digunakan merupakan senar gitar biasa yaitu senar nomer 1 dan nomer 2. Pada ujung senar yang satunya Gambar 2. Alat Musik Kongahyan sumber dokumentasi pribadi dikaitkan dengan kayu atau dalam biola disebut pegs. Alat untuk menggeseknya bow disebut dengan gesekan. Terbuat dari bambu yang diikatkan dengan kumpulan benang nylon tipis yang bisa dibuka. Posisi gesekan nilon ini terdapat di antara kedua buah senar nya. Gambar 3. Skema Nada Penjarian Alat Musik Kongahyan Sistem Penalaan Kongahyan ditala dengan memutar bagian atasnya. Apabila memainkan nada dasar C senar yang belakang bernada kiri G menggunakan senar gitar no. 2, dan senar depan bernada D kanan menggunakan senar gitar no. 1. Warna Suara Alat Musik Lagu Pobin Kong Ji Lok yang dimainkan pak Ukar menggabungkan tiga alat musik melodis utama yaitu kongahyan, gambang, dan kromong. Kongahyan yang merupakan alat musik gesek adaptasi dari musik Tionghoa mempunyai warna suara lembut. Sebagai pembawa melodi utama permainan melodinya banyak berimprovisasi dengan mengunakan prinsip liao dan banyak menggunakan nada panjang yang disertai dengan vibrasi yang berlebihan. Secara sekilas warna suara alat musik ini sangat kental dengan budaya Tionghoa. Gambang merupakan xilofon Indonesia yang terbuat dari kayu. Alat musik ini mempunyai warna suara yang lembut dan empuk serta mempunyai dan dengan gain yang pendek. Fungsinya adalah sebagai pengiring dengan banyak menggunakan nada-nada yang rendah. Mesekipun sebagai pengiring, gambang juga mempunyai kebebasan dalam berimprovisasi dengan menggunakan prinsip liauw. Bunyi khas pribumi sangat jelas terasa dari gambang. Hal ini terdengar dari warna suaranya yang empuk dan penggunaan tangga nada pentatonis. Kromong merupakan metalofon berpencu melodis yang terbuat dari logam. Alat musik ini mempunyai warna suara yang tinggi, panjang, dan nyaring. Fungsinya adalah sebagai pengiring yang juga mempunyai kebebasan berimprovisasi dengan menggunakan prinsip liauw. Bunyi kromong sangat identik dengan Indonesia karena banyak alat musik sejenis yang tersebar di beberapa daerah, misalnya Jawa, Bali, Sunda, Lampung, Palembang, Kalimantan, dan lain-lain. Nada. Penggabungan warna bunyi kongahyan, gambang, dan kromong menghasilkan kesatuan yang berciri Tionghoa sekaligus Indonesia. Gaya Tionghoa terasa karena kongahyan yang berfungsi sebagai pembawa melodi diiringi oleh alat musik yang pribumi yaitu gambang dan kromong yang juga sering muncul untuk berimprovisasi. Irama Lagu “Pobin Kong Ji Lok” secara garis besar menggunakan tiga jenis irama yang berbeda dalam satu lagu tersebut, yaitu pembuka, bagian inti, dan lopan. Bagian pembuka atau biasa disebut dengan angkatan menggunakan irama dengan tempo bebas. Bagian ini merupakan permainan solo gambang yang memainkan frase melodi pendek yang kemudian memancing kromong dan tehyan pada ujung-ujung frase untuk memainkan nada yang sama. Tepat sesaat sebelum jatuhnya nada yang sama tersebut gambang memainkan tehnik slide atau menyerupai glisando pada teknik piano. Pada bagian ini gambang menjadi pembawa melodi utama meskipun pada bagian-bagian-bagian tertentu ada melodi yang bertabrakan sebelum jatuhnya nada. Irama dengan tempo bebas dimainkan pada bagian angkatan, yang merupakan bagian pembuka lagu, mirip dengan bagian intro dalam musik Barat. Bagian ini merupakan frase melodi pendek yang dimainkan secara tunggal oleh gambang dengan tempo bebas yang diikuti dengan aksen oleh kromong dan gambang pada nada yang sama dibagian akhir frase melodinya. Bagian Inti menggunakan irama dengan tempo yang cenderung lambat. Hal ini terjadi pada bagian inti yang merupakan bagian pertengahan lagu yang berisi dengan permainan bersama antara gambang, kromong, dan kongahyan. Pada bagian ini, ketiga alat musik tersebut memainkan melodi yang kurang lebih sama dengan versi dan interpretasi masing-masing pemain seperti yang telah dijelaskan dalam bagian harmoni. Bagian Lopan menggunakan Irama dengan menggunakan tempo yang lebih cepat terjadi di bagian yang disebut dengan lopan. Lopan merupakan bagian akhir lagu yang ditandai dengan permainan yang menggunakan tempo yang lebih cepat dari bagian sebelumnya. Kemudian menurun secara bertahap dan akhirnya berhenti. Tangga Nada Tangga nada yang dimiliki oleh kongahyan, gambang, dan kromong yang dimainkan Bapak Ukar pada lagu Pobin Kong Ji Lok berbeda-beda. Notasi 1 Tangga Nada Kongahyan Tangga nada kongahyan yang dimainkan dalam lagu “Pobin Kong Ji Lok” merupakan tangga nada diatonis, terdiri dari nada C-D-E-F-G-A-Bb. Adanya nada Bb dalam tangga ini menjadikannya permainan kongahyan menjadi sangat khas dan lazim ditemukan dalam lagu-lagu gambang kromong. Baik lagu dalem maupun lagu sayur. Berbeda dengan kongahyan, gambang dan kromong menggunakan tangga nada pentatonis. Notasi 2 Tangga Nada Gambang dan Kromong Tangga nada yang terdiri dari nada C-D-E-G-A atau DO-RE-MI-SOL-LA juga disebut oleh Banoe sebagai tangga nada Yo yang berasal dari musik Cina dan Jepang 2003 331. Harmoni Perbedaan tangga nada kongahyan dengan gambang dan kromong menghasilkan jalinan sistem harmoni yang sangat khas. Keunikannya terletak pada ketiga alat musik tersebut memainkan melodi yang sama dengan tangga nada yang berbeda-beda dan dengan versinya masing-masing. Melodi utama yang dimainkan secara diatonis oleh kongahyan dipadukan dengan gambang kromong yang memainkan melodi dengan jalurnya sendiri dan dengan tangga nada pentatonis miliknya menghasilkan jalinan yang menarik. Ketiganya memainkan melodi utama dengan versinya masing-masing secara bersamaan dan kadang memberikan sisipan-sisipan improvisasi. Improvisasi melodi kongahyan disebut dengan liao. Improvisasi ini mempunyai sifat yang relatif bebas tergantung dari pemainnya. Liao yang dimainkan kongahyan berbeda dengan gambang dan kromong. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menuju satu nada yang sama yang biasanya terjadi di setiap 1 ataupun 2 bar, dan terutama pada ketukan-ketukan kuat. Persamaan jatuhnya nada yang sama tersebut disebut dengan ceh. Pada notasi diatas yang terletak di garis paranada paling atas adalah kongahyan, yang kedua adalah kromong, dan ketiga adalah gambang. Dari notasi tersebut dapat terlihat bahwa semua alat musik memainkan nada yang sama ditandai dengan kotak berwarna merah pada setiap satu atau dua bar setelah memainkan liao nya masing-masing ditandai dengan gairs berwarna hijau. Secara garis besar kongahyan, gambang, dan kromong memainkan melodi yang cenderung sama atau sejalan. Mirip dengan musik shifan dari propinsi Fujian, Tionghoa dimana instrumen-intsrumen melodis memainkan melodi yang sama persis akan tetapi dengan warna suara dan ketinggian nada yang berbeda-beda. Perbedaannya dengan ansambel gambang kromong adalah terletak pada keterbatasan tangga nada gambang dan kromong. Nada-nada yang dimiliki keduanya tidak sebanyak kongahyan sehingga tidak memungkinkan untuk memainkan melodi Notasi 3 Prinsip Liao Kongahyan 1 Notasi 4 Prinsip Liao Kongahyan 2 yang sama persis dengan kongahyan. Hal ini memunculkan sebuah teknik liao sehingga gaya melodi ketiga instrumen tersebut lebih cocok disebut sejalan’ daripada sama’. Gaya Liao Kongahyan Kongahyan yang menggunakan tangga nada diatonis mempunyai kemampuan ngeliao5 5 Ngeliao adalah bentuk kata kerja dari liao. yang lebih leluasa dibandingkan alat musik yang lain, sehingga ia terdengar mendominasi dalam ansambel tersebut. Hal ini didukung pula dengan warna suara dan register nada yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat musik yang lain. Gaya lain yang menjadi ciri khas adalah liao kongahyan adalah perjalanan liao itu sendiri mempunyai frase melodi yang berbeda-beda tergantung nada mana yang akan dituju. Notasi 6 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada C DO Notasi 7 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada D RE Notasi 8 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada E MI Notasi 9 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada G SOL Notasi 10 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada A LA Dari notasi diatas semua nada tujuan mempunyai jalur liao-nya masing-masing. Tergantung keberangkatannya dari nada apa dan akan menuju nada apa. Nada G SOL sering menjadi nada per-singgahan liao kongahyan. Ia terdengar singgah pada nada G SOL terlebih dahulu sebelum ahirnya jatuh ke nada berikutnya. Hal ini terjadi ada awal bar, yaitu pada ketukan pertama; ataupun di tengah bar, yaitu pada ketukan ketiga, seperti yang terlihat pada notasi di bawah ini. Persinggahan nada tersebut menjadi-kannya frase melodi ini menjadi frase melodi yang paling sering dijumpai pada permainan liao kongahyan dan menjadikannya sebagai salah satu gaya permaianan liao kongahyan yang khas. Notasi 11 Frase Melodi yang Paling Sering Dimainkan KESIMPULAN Lagu “Pobin Kong Ji Lok” merupakan lagu klasik terakhir gambang kromong yang masih bisa dimainkan. Lagu ini menjadi penting untuk didokumentasikan dan dianalisa gaya musiknya karena lagu ini merupakan awal dari sejarah perkembangan gambang kromong yang masih terdengar kental budaya Tionghoa-nya. Hal ini terjadi sebelum sebelum gambang kromong bertransformasi ke gaya yang lebih mengikuti selera masyarakat pribumi. Penelitian ini dilakukan dengan mendoku-mentasikan permainan kongahyan, gambang, dan kromong Bapak Ukar. Ia adalah seorang pemain gambang kromong senioryang merupakan pendiri sekaligus pimpinan dari kelompok Sinar Baru yang berdomisili di Gunung Sindur, Bogor. Pendokumentasian dilakukan dengan merekam audio dan video permainan lagu “Pobin Kong Ji Lok” yang direkam satu persatu dengan menekankan pada gaya musik yang menjadi ciri khas lagu tersebut. Salah satu gaya musik yang paling menonjol dari lagu ini adalah permainan improvisasi alat musik kongahyan yang disebut dengan liao. Alat musik ini merupakan alat musik pembawa melodi utama dalam gambang kromong. Ia mempunyai gaya melodi yang menyerupai improvisasi yang disebut dengan liao. Penelitian ini menganalisa gaya permainan liao kongahyan pada lagu “Pobin Kong Ji Lok” melalui lima elemen musik, yaitu sistem penalaan, warna suara alat musik, irama, tangga nada, dan harmoni. Sistem penalaan kongahyan dilakukan dengan cara memutar bagian steman pegs yang berfungsi untuk mengikat senar baja bernada G SOL dan D RE untuk memainkan lagu dalam nada dasar C=DO. Kongahyan mempunyai warna suara yang tinggi dalam register nada yang tinggi. Hal ini menjadikannya alat musik yang terdengar mendominasi dalam ansambel tersebut. Irama lagu “Pobin Kong Ji Lok” secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian angkatan yang betempo bebas, bagian inti dengan tempo lambat, dan bagian lopan yang bertempo cepat. Tangga nada yang digunakan alat musik kongahyan dalam lagu “Pobin Kong Ji Lok” merupakan tangga nada diatonis yang terdiri dari C-D-E-F-G-A-Bb. Sedangkan gambang dan kromong menggunakan tangga nada pentatonis dengan nada C-D-E-G-A. Perbedaan tangga nada antara kongahyan dengan gambang kromong menghasilkan jalinan harmoni yang khas. Ketiganya memainkan tema melodi yang sejalan yang dilengkapi dengan sisipan liao masing-masing alat musiknya. DAFTAR PUSTAKA Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta Penerbit Kanisius. Sugihartati, Risma. 2014. Cokek Milik Betawi Namun Asli Cina Benteng. Jakarta Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta. Hindley, Geofrey. 1971. Larousse Encylopedia of Music. The Hamlyn Publishing Group Limited. Titon, Jeff Todd dan Mark Slobin. 1985. “The Music-Culture as a World of Music”, dalam World of Music Jeff Todd Titon ed., 2nd edition. New York Schirmer Books. Westrup, J. A., dan Harison, L. L. 1959. Collins Music Enyclopedia. Collins London and Glasgow. Yampolsky, Phillip. 1999. Musik dari Daerah Pinggiran Jakarta Gambang Kromong. Jakarta Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. guru SEKolah PuBlIK mENgaJar KESuKaCItaaN muSIK Jimmy Philip Paät jeceempaat Abstrak Artikel ini bertujuan menjabarkan betapa pentingnya unsur pedagogik dalam sekolah sebagai landasan pendidikan dan kesukacitaan terhadap musik. Dimana pada dasarnya pedagogik merupakan ilmu praktis/ relasi timbal balik antara refleksi dan aksi yang berkaitan dengan pendidikan di kelas, di sekolah maupun di luar sekolah. Salah satu sarjana Pendidikan Perancis, Georges Snyders, menggambarkan sekolah tempat bertemu une culture première, diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari,dan une culture élaboré, budaya yang terstruktur. Fungsi utama sekolah pada dasarnya adalah membantu murid yang membawa budayanya, budaya pertama untuk menyeberangi jembatan dengan budaya terstruktur. Sekolah harus memikirkan bagaimana sekolah mengantar mereka yang akan menolak budaya, terstruktur, terpelajar une culture élaborée. Budaya terstruktur bukan sekedar membawa kesukacitaan tetapi juga membuka mata, untuk memperluas keberadaan seseorang, Di mana kesukacitaan yang ada di sekolah adalah kesukacitaan budaya. Kesukacitaan harus ditemukan sendiri oleh siswa selama sekolah melalui guru dan bersama karya-karya besar les chefs-d’œuvre. Menurut Snyders kesukacitaan musik yang sangat kuat dapat dicapai dengan menyimak dengan teliti karya musik yang agung. Namun pencarian kesukacitaan siswa dengan karya besar bukanlah persoalan mudah, karena antara lain siswa telah memiliki budayannya sendiri yang memiliki jaraj dengan karya-karya besar. Di sinilah pedagogik musik berperan dengan mempersiapkan pertemuan tersebut. Sehingga bagaimana pun, guru musik yang akan mengajar kesukacitaan perlu menguasai pengetahuan akan karya agung dan harus memiliki pengetahuan budaya musik siswa yang masih remaja, misalnya musik rock, pop. Patut diingat para guru musik di sekolah formal bahwa dalam mengajarkan kesukacitaan musik sesungguhnya juga pengembangan kesadaran estetika murid yang tidak dapat diukur dengan menggunakan ujian akhir. Kata kunci Pedagogik, Pendidikan Musik, Kesukacitaan Musik, Budaya Sekolah Abstract This article aims to describe how important pedagogical elements are in schools as the foundation of education and joy in music. Where basically pedagogic is a practical science / reciprocal relationship between reflection and action related to education in the classroom, in school and outside school. One of the French Education scholars, Georges Snyders, described the school where une culture première was met, obtained by students in everyday life, and une culture élaboré, structured culture. The primary function of schools is basically to help students who carry their culture, the first culture to cross the bridge with a structured culture. Schools must think about how the school will deliver those who will reject culture, structure, and education une culture élaborée. Structured culture is not just bringing joy but also opening eyes, to expand one’s existence, Where the joy that is at school is cultural joy. Joy must be discovered by students during school through the teacher and with great works les chefs-d’oeuvre. According to Snyders the excitement of very strong music can be achieved by carefully listening to the great works of music. But the search for student excitement with large works is not an easy problem, because among others students already have their own culture that has jaraj with great works. This is where the music pedagogic comes into play by preparing for the meeting. So after all, music teachers who will teach joy need to master the knowledge of masterpieces and must have knowledge of the music culture of students who are still teenagers, such as rock music, pop. It is worth remembering that music teachers in formal schools that in teaching the joy of music actually also develops aesthetic awareness of students that cannot be measured using the final exam. Keywords Pedagogic, Music Education, Music Joy, School Culture Mungkin ini tulisan yang terlalu berani dari seorang yang sesungguhnya tidak mengajar kesenian baik musik maupun kesenian lain. Saya, sebagai penulis, adalah seorang guru, yang pekerjaannya berurusan dengan pendidikan calon guru Bahasa Perancis, bisa dikatakan sejak kecil tidak pernah lepas dari dunia kesenian, musik terutama. Walaupun bukan sebagai pemusik, tetapi lebih sebagai amatir1musik. Dengan kata lain bunyi-bunyi yang terstruktur dengan indah, mungkin bisa dikatakan seperti itu sebutan lain untuk musik secara sederhana, selalu menemani saya baik dengan diniatkan atau tidak. Pengalaman bergaul dengan musik ini yang mengantar saya “masuk” ke dunia pedagogik musik. Mungkin bisa dikatakan keterkaitan saya dengan pedagogik musik lebih karena pergaulan saya dengan pedagogik sejak saya masih pelajar pedagogik di lembaga penyiap calon guru di tengah kedua dekade 70 hingga sekarang. Berangkat dari bidang pedagogik yang telah saya tekuni lebih dari empat dekade inilah saya memberanikan diri untuk berbicara pedagogik musik atau lebih luas pedagogik seni. Selama ini ketika kita bicara pendidikan, baik dengan gaya warung kopi hingga dengan gaya “serius” seperti dalam diskusi-diskusi, seminar-seminar pendidikan di universitas, konsep tersebut dirujuk ke penyampaian ilmu pengetahuan entah di ruang kelas atau di layar kaca, yang sekarang disebut pendidikan digital. Pengertian ini biasanya dikenal dengan bahasa awam sebagai kegiatan mengajar. Ini adalah pengertian untuk mereka yang selalu memisah-misahkan konsep mendidik dan mengajar. Saya sendiri tidak terlalu tertarik memisah-misahkan dua kegiatan yang sesungguhnya tidak bisa dipisahkan saat kita berkegiatan di dalam kelas atau lebih luas di sekolah. Di dalam kelas saat berhadapan dengan murid sang guru selalu dengan tujuan- tujuan, atau diniatkan dengan tujuan tertentu, yang biasa disebut tujuan pendidikan atau tujuan pedagogis. Mungkin posisi saya dapat digambarkan dalam kalimat “sambil mendidik 1 Konsep amatir berasal dari bahasa Perancis “amateur” yang bermakna “yang mencintai” celui qui aime. Tampak ada “kekeliruan” pemaknaan amatir selama ini, karena itu ada baiknya kita melihat asal kata tersebut. saya mengajar atau melalui mengajar saya mendidik”. Judul teks singkat ini, jelas menunjukkan bahwa saya lebih bicara kepada guru daripada kepada murid. Konsep kesukacitaan seni dan kesukaan musik atau mungkin lebih luas kesukaan seni yang menjadi perhatian utama saya. Sepengetahuan saya, belum banyak di paguyuban sarjana pendidikan maupun sarjana pendidikan musik termasuk sarjana pendidikan seni Indonesia mendiskusikan, meneliti persoalan kesukacitaan musik di sekolah atau bahkan di ruang kelas, artinya dalam pendidikan di sekolah. Untuk ini, saya merujuk kepada Georges Snyder, ahli pedagogik Perancis yang sepanjang hidupnya sebagai pengajar di fakultas Pedagogik Universitas Sorbonne, kalau boleh disebut seperti itu, bergumul dengan kesukacitaan di sekolah. Lebih khusus lagi rujukan utama saya pada Snyders yang membahas “la joie de la Tulisan ini tentu masih dalam posisi yang sangat pengantar, sekalipun begitu saya berharap para sarjana pendidikan musik seni untuk lebih jauh meneliti persoalan pendidikan kesukacitaan musik ini. Untuk ini tulisan ini dibagi menjadi beberapa bagian, pengertian pedagogik. Hal ini perlu disampaikan karena seperti saya katakan di atas teks singkat ini berada pada posisi pedagogik, artinya berada pada posisi landasan pendidikan. Kemudian diikuti dengan uraian tentang sekolah dari sisi budaya menurut Snyders, dan di akhir dengan pedagogi kesukacitaan musik menurut ahli pedagogik Perancis. Pedagogik
Daftar isi1. Bangsing2. Gambang3. Gender4. Gendhang5. Gambus6. Kromong7. Kemong8. Kecrek9. Kongahyan10. Keroncong Tugu11. Tanjidor12. Tehyan13. Trombon14. Rebana15. Ning-Nong16. SukongBatavia atau Jakarta meripakan daerah yang strategis karena pada zaman dulu menjadi pusat bertemunya orang-orang dari berbagai daerah, termasuk dari luar negeri. Oleh sebab itu, adanya berbagai jenis budaya yang masuk membuat budaya dari suku Betawi sangat budaya yang masuk, di antaranya Tionghoa, India, Arab, Sunda, Jawa, dan lain-lain. Banyaknya akulturasi pada budaya Betawi salah satunya berpengaruh terhadap alat-alat musik tradisionalnya. Berikut adalah 16 alat musik tradisional asal Betawi1. Bangsing Bangsing pada dasarnya mirip seperti suling. Alat musik tradisional asal betawi ini terbuat dari bilah bambu yang diameternya kecil dan memiliki lima sampai enam lubang atas. Cara memainkan bangsing adalah dengan ditiup sambil tangan menutup lubang agar muncul suara yang Gambang Alat musik tradisional Betawi yang satu ini sudah sering disebut sehingga cukup dikenal. Asal dari alat musik ini dari seni tradisional Cina. Gambang terdiri atas 18 buah yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Cara memainkan gambang adalah dengan dipukul dan biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan lenong serta tari Gender Selanjutnya ada alat musik gender. Alat musik tradisional dari Betawi tersebut masuk ke dalam bagian dari gamelan. Gender terbuat dari lempengan logam yang disusun dengan jumlah 10 sampai 14 bilah dalam satu tempat yang terbuat dari kayu dengan ukuran yang berbeda sehingga mengeluarkan suara yang bermelodi. Cara untuk menggunakan gender adalah dengan dipukul menggunakan pemukul yang ujungnya terdapat lapisan dari Gendhang Pada dasarnya, gendhang merupakan bagian dari orkes gambang kromong. Cara memainkan gendhang adalah pemain duduk di belakang gendhang, lalu gendhang dipukul di kedua sisinya menggunakan tangan kosong. Alat musik ini terbuat dari kayu dan kulit Gambus Gambus merupakan alat musik yang digunakan dengan cara dipetik dan bentuknya cenderung mirip seperti gitar. Akan tetapi, gambus asal Jakarta memiliki ciri khas tersendiri tergantung penggunaan awal, seperti tujuh utas, enam utas dengan tiga nada yang bersuara kembar, serta satu dawai yang berfungsi sebagai alat musik gambus terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai resonator ketika dimainkan. Selain itu terdapat senar yang berjumlah 3 sampai 12 buah. Suara yang dihasilkan dari gambus adalah suara-suara yang bernuansa Timur Kromong Kromong memiliki bentuk mirip seperti alat musik bonang. Alat musik tradisional Betawi ini terdiri atas 10 gong atau pecon yang berbahan dasar perunggu atau kuningan dan kemudian disusun dalam dua baris dalam kotak kayu, tetapi diberi tali penyangga antara pecon dan kotak. Cara memainkan kromong adalah dengan dipukul dengan tongkat kayu yang dibalut dengan Kemong Alat musik tradisional Betawi selanjutnya adalah kemong. Alat musik ini memiliki bentuk yang mirip seperti gamelan dan terdiri dari beberapa buah dalam satu barisnya. Kemong ini diletakkan di atas kotak kayu dan disusun menjadi dua memainkan kemong pun sama seperti gamelan, yakni dengan dipukul menggunakan alat pemukul dari kayu yang ujungnya dilapisi oleh kain atau karet. Akan tetapi kenong memiliki bentuk yang lebih Kecrek Kecrek merupakan alat musik tradisional Betawi yang menjadi bagian dari gambang kromong. Bahan pembuatan kecrek adalah 2 sampai 4 lempengan logam tipis yang terbuat dari besi, kuningan, atau perunggu dan disusun di atas papan memainkan kecrek ini dengan dipukul menggunakan tongkat dari kayu. Suaranya yang khas walaupun hanya bisa memberikan satu nada berfungsi sebagai pengatur irama alat musik Kongahyan Kongahyan yang ada saat ini muncul dari adaptasi musik gesek asal Tiongkok. Bentuk dari kongahyan mirip seperti rebab, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Awalnya, alat musik ini terbuat dari bambu, lalu pada sekitar tahun 1950-an bahannya diganti menjadi tabung batok memainkan kongahyan adalah digesek dengan tongkat khusus yang bentuknya mirip busur tetapi fungsinya mirip seperti tongkat biola. Biasanya kongahyan dimainkan dengan alat musik yang serupa, yakni tehyan dan sukong pada acara-acara seperti penampilan gambang kromong, lenong, ondel-ondel, dan topeng Keroncong Tugu Sebenarnya alat musik ini memiliki bentuk mirip seperti gitar kecil atau ukulele atau cavaquinho. Hal itu dikarenakan keroncong tugu adalah gabungan dari budaya Betawi dan Portugis. Cara memainkan keroncong tugu awalnya dengan cara dipetik. Namun, lama kelamaan keroncong tugu menjadi alat musik yang dimainkan bersama alat musik Tanjidor Sebenarnya, tanjidor merupakan set alat musik yang dimainkan secara berkelompok. Adanya penjajah asal Eropa pada masa Hindia Belanda yang datang ke Batavia turut mempengaruhi alat musik ini. Pada masa itu, tanjidor merupakan bentuk hiburan untuk majikan dari para budak yang memainkan alat musik ini adalah dengan ditiup oleh beberapa pemain dalam suatu kelompok. Perbedaan antartanjidor membuat nada yang dihasilkan menjadi melodi yang padu dan dimainkan. Saat ini, tanjidor biasanya digunakan untuk memeriahkan acara-acara atau menjadi pengiring Tehyan Alat musik tradisional asal Jakarta ini dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa yang dibawa ke jakarta. Awalnya, tehyan terbuat dari bambu, tetapi saat ini berubah menjadi batok kelapa. Tehyan terdiri atas dua senar dengan bentuk yang menyerupai dimainkan dengan cara digesek menggunakan tongkat yang juga sudah dipasangi senar dan biasanya digunakan untuk mengiringi pertunjukkan lenong atau Trombon Trombon menjadi alat musik yang berperan dalam tanjidor. Alat musik ini masih termasuk dalam kelompok terompet. Akan tetapi trombon memiliki ukuran yang lebih besar. Cara memainkan trombon adalah ditiup dengan menggetarka bibir sembari menekan tuts untuk mengendalikan nada sarta menggeserkan ke depan dan ke Rebana Terdapat tiga macam rebana yang digunakan dalam musik betawi. Pertama, rebana ketimpring yang terdiri atas rebana pada umumnya dengan tambahan kecrek yang dipasang di sisi rebana tersebut. Diameter rebana ini biasanya sekitar 20 sampai 25 cm dan dimainkan dengan cara dipukulKedua, rebana biang yang memiliki ukuran lebih besar dari rebana biasanya serta tidak terdapat kerincingan pada bagiannya. Ukuran dari rebana ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ketog yang berukuran 20 cm, gendung yang berukuran 30 cm, kotek yang berukuran 50 cm, serta biang yang berukuran 70-90 cm. Namun, cara memainkannya tetap rebana hardoh yang juga memiliki kecrek di sisi kayunya sejumlah tiga pasang. Meskipun sama-sama memiliki kerincingan seperti rebana ketimpring, tetapi rebana ini memiliki ukuran yang lebih besar, yakni 20 hingga 35 Ning-Nong Alat musik ini dapat disebut juga dengan Sio-lo. Ning-nong adalah alat musik yang mirip seperti gamelan dan terbuat dari logam, perunggu, atau kuningan dengan diameter kurang lebih sekitar 10 cm yang kemudian diletakkan dalam bingkai kayu. Ning-nong terdiri atas dua buah dan dimainkan dengan cara dipukul secara bergantian dari kanan ke kiri dan sebaliknya menggunakan sebuah tongkat dari kayu yang ujungnya dilapisi oleh Sukong Sukong merupakan alat musik gesek yang memiliki bentuk kurang lebih sama seperti kongahyan dan tehyan. Cara memainkannya pun sama, yakni digesek menggunakan alat khusus seperti tongkat biola tetapi berbentuk busur. Akan tetapi ukurannya lebih besar di antara dua alat musik itu, masih ada alat musik lain, seperti kecrek, kongahyan, keroncong tugu, serta tanjido tehyan, trombon, rebana, ning-nong, dan sukong. Seluruh alat musik tersebut lama kelamaan sudah mulai ditinggalkan sehingga perlu kita lestarikan kembali
Kongahyan merupakan alat musik gesek mirip rebab yang dapat ditemukan di Jawa, Bali, dan Sunda, tetapi ukurannya lebih kecil. Alat musik ini digunakan dalam pementasan kebudayaan suku-suku di daerah tersebut. Alat musik ini berukuran lebih kecil dibandingkan tehyan dan sukong. Kongahyan sekarang ini merupakan adaptasi dari alat musik gesek yang berasal dari Tiongkok. Bangsa Tiongkok sendiri memiliki alat musik yang dinamakan erhu. Erhu merupakan alat musik gesek yang terdiri dari dua buah senar. Erhu tersebar luas ke daerah Eurasia melalui jalur sutra yang merupakan jalur perdagangan dari bangsa Tiongkok. Alat musik erhu diketahu memiliki kemiripan dengan kongahyan, lalu terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa alat musik erhu telah banyak mengalami perkembangan, sedangkan kongahyan yang berada di Tangerang tidak mengalami perkembangan. Penggunaan alat musik ini dalam banyak acara kebudayaan masyarakat Betawi menunjukkan terjadinya akulturasi antara masyarakat Betawi dan bangsa Tiongkok. Pada zaman dahulu, alat musik ini terbuat dari bambu, bukan dari batok kelapa, dan baru tahun 1950-an tabung bambu diganti menjadi tabung batok kelapa. Penggantian tersebut bertujuan untuk menghasilkan bunyi suara gesek yang lebih keras.
- Tehyan dan tanjidor merupakan contoh alat musik tradisional khas DKI Jakarta. Dua alat musik ini sangat erat dengan kebudayaan Betawi dan sering digunakan dalam berbagai acara kebudayaan. Tehyan sering digunakan bersamaan dengan alat musik tradisional lainnya. Sedangkan tanjidor terdiri atas berbagai alat musik yang dipakai bersamaan sehingga membentuk alunan musik yang Mengutip dari situs Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tanjidor terdiri atas beberapa alat musik yang dimainkan secara bersamaan. Tanjidor diperkirakan muncul pada abad ke-18 dan sering dimainkan dalam upacara pernikahan. Kata tanjidor’ berasal dari Bahasa Portugis tangedor’, artinya alat musik berdawai. Namun, dalam penerapannya sudah tidak sesuai lagi dengan yang dimaknai dalam Bahasa Portugis tersebut. Hal yang masih diterapkan hingga saat ini ialah penggunaan sistem tangga nada diatonik. Baca juga Alat Musik Gambus Daerah Riau Tanjidor membentuk ansambel musik yang terdiri atas berbagai alat musik, seperti klarinet, piston, trombon, saksofon tenor dan saksofon bas yang merupakan alat musik tiup, drum membranofon, simbal perkusi serta side drums tambur.Dulunya tanjidor sering dimainkan dalam upacara pernikahan. Tidak hanya itu, dulunya alat musik ini juga sangat sering dimainkan dalam perayaan Tionghoa, seperti Cap Go Meh atau lainnya, hari besar Islam, hari sedekah bumi, dan lain sebagainya. FOTO/Lucky R/pd/15 Alat musik Tehyan dari JakartaTehyan Menurut Imam Firmansyah dan kawan-kawan dalam jurnal Tinjauan Proses Pembuatan Alat Musik Gesek Betawi Kongahyan 2020, tehyan merupakan alat musik rebab yang memiliki dua senar. Tehyan dimainkan dengan cara digesek menggunakan alat khusus berserat yang telah disisipkan di antara kedua senarnya. Tehyan atau tahiyan terbuat dari kayu jati. Alat musik ini memiliki tabung resonansi yang menggunakan batok kelapa sebagai bahan pembuatannya. Pada bagian resonansinya diberikan dua senar agar bisa menghasilkan bunyi. Baca juga Apa Alat Musik daerah Bangka Belitung? Melansir dari SUDIN Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Pusat, tehyan pertama kali diperkenalkan oleh masyarakat Tionghoa yang tinggal dan menetap lama di Jakarta, selama masa pemerintahan Hindia Belanda. Alat musik ini sering digunakan dan dipadukan dalam kesenian gambang kromong, lenong betawi ondel-ondel, maupun kesenian lainnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Indonesia sangat kaya akan budaya dan tradisi di berbagai bidang, salah satunya bidang musik. Banyak alat musik tradisional yang menjadi warisan budaya Indonesia, salah satunya adalah sukong. Sukong Adalah Alat Musik Tradisional Betawi Indonesia dikenal sebagai Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, ragam budaya, agama, bahasa, dan potensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah kekayaan musik tradisional. Indonesia memiliki musik yang tidak dimiliki penduduk bumi yang lain, musiknya unik, memiliki kelebihan, enak dimainkan, bersahabat dengan alam dan diakui dunia. Musik Tradisional juga adalah musik yang berkembang secara tradisional di kalangan suku-suku tertentu, berasal dari berbagai daerah tak terkecuali di Indonesia. Lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Keberadaannya menggunakan bahasa, gaya dan tradisi khas daerah setempat. Sumber Instagram Artikel Terkait Mengenal 5 Contoh Alat Musik Ritmis untuk Si Kecil, Jenis dan Fungsinya Sayangnya, di jaman yang serba modern seperti sekarang ini musik tradisional mulai dilupakan karena dianggap tidak modern dan ketinggalan jaman. Salah satu yang sudah ketinggalan adalah alat musik bernama Sukong. Sukong termasuk alat musik tradisional betawi yang biasanya masuk dalam kesatuan gambang kromong. Sebagai anak muda generasi penerus bangsa, rasanya penting banget buat Kita mengetahui musik tradisional. Paling tidak mengetahui musik-musik tradisional asal daerah tempat dimana Kita tinggal. Gambang Kromong Sumber Setu Babakan Gambang Kromong adalah alat musik hasil dari perpaduan antara dua unsur kebudayaan, pribumi dan Tionghoa. Gambang kromong sebetulnya bukanlah alat musik tunggal melainkan orkes yang terdiri dari berbagai alat musik tradisional yang terpadu selaras dan mempunyai tangga nada pentatonik Cina atau salendro mandalungan. Instrumen musik yang digunakan gambang kromong terdiri dari Gambang Kromong Gong Gendang Suling Kecrek Sukong Konghayan Tehyan Sebutan gambang kromong diambil dari dua buah alat musik tradisioanl yang terdapat di dalam orkes ini, gambang dan kromong. Gambang memiliki 18 buah bilah yang terbuat dari kayu bermacam jenis seperti kayu suangking, huru batu, manggarawan dan jenis kayu lainya. Sumber Setu Babakan Sedangkan kromong terbuat dari bahan logam berjenis perunggu atau besi dan memiliki 10 buah pencon. Kedua instrumen musik tersebut merupakan alat perkusi dan termasuk kedalam alat musik idiofon, dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat bantu khusus. Artikel Terkait 10 Alat Musik Khas Bali, Warisan Budaya Pulau Dewata Terdapat istilah “gambang kromong kombinasi” yang menambahkan alat musik barat atau alat musik modern, seperti Gitar melodis Bas Gitar Organ Saksofon Drum Akibat penambahan alat musik tersebut tangga nada yang digunakan pada awalnya pentatonik berubahh menjadi diatonik, tetapi bunyi atau nada yang dihasilkan tetap selaras dan harmonis. Gambang Kromong seringkali membawakan lagu-lagu yang bersifat humor, jenaka, gembira dan terkadang ejekan. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu yang bercorak pribumi dan Tionghoa. Sukong dan Cara Memainkannya Sumber Instagram Sukong merupakan alat musik yang muncul dari tradisi dan budaya Betawi yang plural. Dalam kesenian gambang kromong, selain terdapat alat musik asli nusantara seperti gambang dan kecrek, ada juga beberapa alat musik tradisional yang berembrio dari tradisi Tionghoa. Salah satu alat musik tradisional Tionghoa yang masuk dalam kelompok alat musik yang biasa dimainkan pada kesenian gambang kromong adalah sukong. Artikel Terkait 12 Jenis Alat Musik Khas Maluku, Sejarah dan Cara Memainkannya Sumber Instagram Dilihat dari bentuk dan cara memainkanya, sukong menyerupai alat musik rebab yang berasal dari Arab. Hanya saja, ukuran sukong lebih kecil dan hanya memiliki dua untai dawai. Sukong dimainkan dengan cara digesek. Bagian badan sukong terbuat dari batok kelapa. Sedangkan, busurnya terbuat dari batang pohon yang elastis. Rambut yang biasa dipakai dalam busur menggunakan rambut ekor kuda jantan yang berwarna putih keemasan. Alat musik tradisional sukong biasa digunakan untuk mengiringi kesenian Betawi seperti ondel-ondel dan pementasan lenong. Sebagai alat musik yang berfungsi sebagai melodi, sukong bisa menghasilkan irama dari lagu-lagu Betawi seperti “Kicir-kicir” dan “Jali-jali”. Kongahyan,Tehyan, dan Sukong Sumber Instagram noerjaya_ Ternyata ada saudaranya’ dari alat musik Sukong, Kong-a-hian, teh-hian, adalah alat musik gesek dengan 2 dawai. Alat musik Betawi ini digesek menggunakan tongkat bersenar plastik atau kenur. Ketiga alat musik ini terdiri atas resonator badan dari tempurung kelapa yang dibelah lalu dilapis kulit tipis, tiang kayu berbentuk bulat panjang, dan purilan atau alat penegang dawai. Bentuk ketiganya juga sama, hanya saja ukuran badan dan gagangnya berbeda-beda. Sumber Instagram betawi_etnic Ukuran paling kecil adalah kong-a-hiandengan nada liuh G dan che D, sedang teh-hian bernada siang E dan liuh G, dan yang terbesar disebut su-kong bernada su A dan kong E. *** Itulah penjelasan Sukong sebagai alat musik tradisional dari betawi yang mempunyai perjalanan yang panjang karena perpaduan dari berbagai budaya. Baca Juga Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Alat Musik Tehyan – Dalam kesenian musik khas Indonesia, terdapat salah satu alat musik yang memiliki peranan penting, sebut saja alat musik Tehyan. Alat musik tradisional khas Indonesia ini cukup unik dan perlu perhatian khusus sebab keberadaannya hampir sulit untuk ditemukan. Tapi, kira-kira bagaimana ya sebenarnya alat musik Tehyan ini? Bagaimana ya bagian-bagiannya? Semua pertanyaan tersebut akan terjawab pada penjelasan selengkapnya di dalam artikel ini. Tapi tidak hanya itu, kita juga akan membahas mengenai sejarah, keunikan, alat musik sejenis, serta teknik memainkan alat musik Tehyan ini. Jadi, yuk langsung saja scroll ke bawah dan simak penjelasan lengkapnya berikut ini. Pengertian Alat Musik Tehyan Alat Musik Tehyan Alat musik Tehyan merupakan salah satu alat musik tradisional khas Betawi, Jakarta. Alat musik jenis ini mendapat pengaruh budaya dari etnis Tionghoa sehingga alat musik Tehyan identik dengan nada-nada tingginya. Alat musik Tehyan dapat diartikan sebagai alat musik gesek. Dahulu, alat musik ini masuk ke Indonesia ketika zaman penjajahan bangsa Belanda pada abad ke-18. Pada saat itu, Tehyan kerap kali dimainkan pada pesta pernikahan, hari perayaan, sampai upacara pemakaman. Sejarah Alat Musik Tehyan Sejarah Alat Musik Tehyan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Phoa, Kian Sioe, dalam orkestra Gambang, alat musik Tehyan merupakan hasil kesenian Tionghoa Peranakan di Jakarta. Gambang Kromong sendiri berawal dari kalangan masyarakat Batavia pada masa pemerintahan Kapitein der Chinezen Nie Hoe Kong 1736-1740 M. Pada masa itu merupakan masa dimana menjelang terjadinya tragedi Pembantaian Angke atau Kali Merah pada tahun 1740. Berawal dari Batavia, kesenian Gambang Kromong ini sedemikian populer sampai menyebar ke kelompok etnis Tionghoa-Indonesia di area Benteng, Buitenzorg, Bekasssie atau sekarang dikenal Bekasi. Maka tidak heran jika alat musik Tehyan dahulu begitu populer sampai etnis Betawi pun sangat menggemarinya. Keunikan Alat Musik Tehyan Keunikan Alat Musik Tehyan Keunikan alat musik Tehyan berupa bentuknya panjang dengan bagian bawahnya agak melebar. Jika diamati secara seksama, alat musik jenis ini memiliki bentuk yang mirip dengan postur badan manusia yang meliuk. Alat musik Tehyan merupakan alat musik gesek yang dibuat dari bahan kayu jati dengan tabung resonansi dari batok kelapa. Alat musik Tehyan juga dilengkapi dengan senar. Jumlah senar yang melengkapi Tehyan sebanyak 2 senar. Alat musik Tehyan ini memiliki nada dasar A yang kerap kali dipadu padankan dengan kesenian Gambang Kromong. Alat Musik Gesek Khas Jakarta Sejenis Alat Musik Tehyan Alat musik Tehyan adalah satu dari tiga jenis alat musik yang sama. Dua di antaranya adalah alat musik Sukong dan Kongahyan. Ketiga alat musik tersebut memiliki nada dasar yang berbeda-beda. Untuk alat musik Sukong memiliki nada dasar G atau Bass, sementara Kongahyan memiliki nada dasar D atau melodi. Untuk lebih jelasnya dapat disimak sebagai berikut No Alat Musik Gesek Khas Jakarta 1 Alat Musik Sukong 2 Alat Musik Kongahyan 1. Alat Musik Sukong Alat Musik Sukong Alat musik tradisional DKI Jakarta yang berikutnya cukup unik, baik dilihat dari penamaannya maupun dari bentuknya. Nama alat musiknya adalah Sukong, yakni salah satu alat musik yang dapat ditemukan dalam kesenian Gambang Kromong khas Betawi. Jika dilihat dari bentuknya, alat musik Sukong menyerupai bentuk alat musik Rebab yang berasal dari Arab. Cara memainkannya juga mirip dengan biola, yakni dengan digesek dengan alat khusus. 2. Alat Musik Kongahyan Alat Musik Kongahyan Kongahyan juga merupakan alat musik tradisional DKI Jakarta yang menyerupai dengan Rebab dari beberapa daerah lainnya, seperti di Jawa, Bali, maupun Sunda. Kongahyan juga mirip dengan alat musik Tehyan yang juga dari Jakarta. Meskipun mirip, namun keduanya berbeda. Bedanya dengan Rebab, alat musik Kongahyan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan Rebab. Alat musik jenis ini kerap dimainkan pada saat upacara atau pentas kebudayaan di beberapa daerah. Cara memainkannya sama seperti Rebab, Tehyan, maupun Sukong, yakni dengan cara digesek. Cara Memainkan Alat Musik Tehyan Cara Memainkan Alat Musik Tehyan Alat musik Tehyan tergolong ke dalam alat musik langka, karena tak banyak yang bisa memainkannya. Untuk dapat memainkan alat musik yang hanya memiliki dua senar ini, maka para pemusik harus mempunyai keahlian dalam teknik menggesek pada bagian dawainya atau senarnya seperti memainkan alat musik Biola. Dalam memainkan alat musik Tehyan harus disertai dengan perasaan menghayati agar nada yang dihasilkan semakin indah didengarkan. Inilah yang membuat alat musik Tehyan menjadi alat musik yang memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda dari alat musik yang lainnya. Penutup Alat Musik Tehyan Itulah penjelasan lengkap mengenai alat musik Tehyan yang berhasil penulis sajikan buat kamu. Semoga dengan artikel ini tidak hanya menambah wawasan kita melainkan juga semakin memupuk rasa bangga dan peduli dalam melestarikan alat musik Tehyan sebagai produk budaya Indonesia. Alat Musik Tehyansumber referensi
kongahyan adalah alat musik yang dimainkan dengan cara